IKHTISAR
sepuluh menit usai pukul dua siang
persis seperti saat kita membasuh terik waktu
dengan keringat di sekujur tubuh:
saat ini, aku masih bersama mendung
langit pasi menggambar lautan di sisinya
mengisahkan gerimis dan hujan yang belum sempat pergi.
persis seperti saat kita membasuh terik waktu
dengan keringat di sekujur tubuh:
saat ini, aku masih bersama mendung
langit pasi menggambar lautan di sisinya
mengisahkan gerimis dan hujan yang belum sempat pergi.
kita adalah orang yang sama sama pernah basah
oleh kesunyian dan kenangan
pada sepasang waktu yang kita simpan
dalam hulu masing-masing.
oleh kesunyian dan kenangan
pada sepasang waktu yang kita simpan
dalam hulu masing-masing.
![]() |
pixabay.com |
aku memutuskan sembunyi di dasar laut
sedangkan kau tinggal di permukaan sepi
hingga lenyap menjadi nasib pertamaku
dan nasib keduamu pada kerjap waktu.
sedangkan kau tinggal di permukaan sepi
hingga lenyap menjadi nasib pertamaku
dan nasib keduamu pada kerjap waktu.
jawabanmu tidaklah takdir, bukanlah akhir
akan segala yang hanyut bersama kapu-kapu waktu:
pada akhirnya simpul wajah adalah ingatan
yang aku tinggalkan menggenapi kerah baju
diantara kedua pundakmu.
akan segala yang hanyut bersama kapu-kapu waktu:
pada akhirnya simpul wajah adalah ingatan
yang aku tinggalkan menggenapi kerah baju
diantara kedua pundakmu.
A. Fahmi Muslih
Yogyakarta, 2017
Komentar
Posting Komentar