Perempuan Tahun Lalu
Dia adalah orang yang sama ketika dulu kata menyapa berarti peduli, ketika menjabat berarti menyayangi. Dia adalah orang yang mengaku-ngaku terpesona pada senja, yang berkata senja adalah prosa. Tetapi malah pergi menuju cahaya, saat remang jingga mulai menyapa. Dia adalah orang yang gemar menyeduh kopi, tetapi tak mau paham bahwa hidup tidak hanya soal rasa manis. Dia adalah orang yang sama, yang menangis ketika hujan, yang selalu berkata bahwa hujan membuat hatinya dingin.
Aku pernah mengenalnya, dalam masa ketika hujan terakhir di bulan Oktober. Saat pagi ketika aku menyambut sisa-sisa uap hujan, ia muncul pada ujung tikungan jalan. Ketika itu, hujan terakhir telah berlalu kemarin. Dan aku merasa sepi, sebab hujan baru akan turun enam bulan lagi.
Hal paling nyaman di musim panas adalah menikmati segelas es krim mint di beranda kafe. Duduk diam sambil menebak-nebak ekspresi orang yang keluar masuk, apakah ia masuk untuk pertemuan atau perpisahan. Aku sendiri masuk pada pemikiran soal kelebat orang-orang yang telah datang lalu pergi. Aku tak pernah menyadari bahwa setiap perpisahan adalah cara Tuhan untuk merancang sebuah perjumpaan kembali.
Di tengah rasa dingin ekstrak mint yang menjalari sekujur lidah, aku bertaruh pada batinku. Jika dia adalah orang yang sama, maka tidak ada alasan untuk menerimanya. Aku pernah diajari bahwa tidak pernah ada kesempatan berikutnya untuk sesuatu yang sudah berlalu buruk. Telah kucatat, kebohongannya soal senja adalah hal yang pertama kali menciptakan jarak. Ia menyukai senja hanya dalam kata-kata.
Sekarang perpisahan yang dulu kualami telah melahirkan pertemuan baru. Aku tak menyangka waktu berlalu sesingkat ini, ternyata kata-kata itu benar adanya. Pertemuan baru, orang yang sama dengan rasa yang berbeda. Ia mungkin memang tak bisa terlupakan, tetapi rasa padanya sudah tak terekam.
Perempuan dan kesedihan adalah sahabat jauh, jika mereka bertemu maka akan ada sepi di sana. Mereka akan menepi bersama prasangka-prasangka, atau justru menjauh dan kau tak akan bisa membawanya kembali. Tak perlu kau mencari, sebab mereka tak pernah merasa kehilangan, tapi justru mendapatkan-kebebasan. Ya, dan dia adalah orang yang sama. Aku bisa mengenali puisinya yang terpampang di koran, atau sikapnya saat menyentuh hujan, juga ekspresinya saat menyesap kopi.
Dia adalah perempuan tahun lalu, yang pernah melewatkan janjinya kepadaku.
Dani Hestina P
Komentar
Posting Komentar