Menyajikan Kesedihan
Telah kutemukan sisa tangismu yang mengerak di meja,
Tubuh pesan yang kau susun di larik puisi terakhirmu itu, mengiba,
Mereka lahir dengan terpaksa,
Mereka lahir dengan terpaksa,
Di ruangan pengap ini,
Kesedihanmu tercecer di lantai,
Kesedihanmu tercecer di lantai,
Mereka mengaduh, mengeluh, kerapkali dicumbu saban waktu,
Tak ada yang lahir dengan percuma bukan? ucapmu
Di cermin dekat ranjangmu, tersisa bayangan ketakutan,
Bayangan itu bersembunyi dengan malu-malu di sudut pantulan tubuhmu,
Bayangan itu bersembunyi dengan malu-malu di sudut pantulan tubuhmu,
Untuk apa kau mengekalkan yang sudah mati?
Bahkan yang enggan hidup,
Air matamu kerapkali mengatakan,
Bahkan yang enggan hidup,
Air matamu kerapkali mengatakan,
Sore itu,
Di atap, dekat lampu,
Tersisa anyir suara kesakitanmu,
Tali gantungan itu turut mengeluh mengiba,
Lantaran menenteng tubuhmu di pasungan dosa.
Di atap, dekat lampu,
Tersisa anyir suara kesakitanmu,
Tali gantungan itu turut mengeluh mengiba,
Lantaran menenteng tubuhmu di pasungan dosa.
Sapta Arif
Surakarta, Juli 2018
Komentar
Posting Komentar