Mulai Menyusun


aku mulai menyusun:
gedung-gedung di matamu
tanpa pintu tanpa jendela
lengkap dengan sofa-sofa
dapur, kamar, ruang kerja
dan aroma melati yang kuseduh setiap senja
tidak lupa kupasang cermin
di dinding retinamu
agar setiap kucoba berkaca
ada sorot mata yang sering kubaca

aku mulai menyusun:
lemari-lemari klasik
yang terbuat dari pohon jati
dengan pahatan batik merpati


pixabay.com


tapi tidak, atau barangkali mungkin
jika lemari ini adalah rumah
bagi baju yang memiliki
aroma tubuh bekas pelukmu
tapi itu hanya mungkin
karena pasal peluk-memeluk
terjadi ketika kau tak ada

aku mulai menyusun:
ruang makan yang terdiri
atas dua kursi merah
dengan meja sebagai pemisah
dan sehelai roti yang kuletakkan
tepat di samping air matamu
mungkin karena kau
tak ingin aku ada di sini
seperti pagi-pagi sebelumnya
tatapan dinginmu menggiring
kabut air mataku
atau mungkin seperti senja lalu
air matamu menenggelamkan
detak jantungku

aku mulai menyusun:
kata-kata tanpa seutas kepastian
karena kau adalah kemungkinan
barangkali kau benar
dan barangkali aku tak salah
karena pasti kau mengusirku
dan aku tak mungkin bisa keluar
dari lekat tatap matamu


Wisnu Maulana Yusuf
Yogyakarta, 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak Ada Pagi, Hari Ini.

Bocah Autis