Kau, Awan, dan, Kehilangan

Sore itu, awan di ufuk barat berwarna jingga. Melenyapkan tumpukan resah yang terkumpul di sisa siang. Jika sore tiba, di alun-alun kota akan ada banyak kerumunan orang yang sama-sama menatap ke atas. Orang-orang itu berkumpul untuk menyaksikan para petugas menjahit awan. Ya, sebulan lalu senja sobek karena sebuah pesawat menabraknya. Membuat awan-awan yang telah tertata rapi berhamburan jatuh ke bumi. Jadi, setelah itu tak ada awan sama sekali, membuat cuaca panas terasa sangat menyengat. Dan hujan tentu tak pernah datang.
Pixabay.com

Sama seperti yang lain, aku setiap sore juga datang ke sini. menyaksikan tumpukan awan yang tergeletak untuk dijahit kembali, juga untuk mengantarkan bela sungkawa. Petugas-petugas itu, membawa keranjang berisi awan dipunggungnya, lantas menaiki tangga yang menjulang untuk menjahit awan dengan jarum sebesar tongkat. Benangnya, ditenun oleh dewan pemerintah kota yang khusus ditugaskan Bupati untuk memperbaiki senja.

Aku menatap kesibukan di depan sana dengan tatapan kosong. Setiap kali menatap serakan awan-awan itu, aku juga berusaha mencari serpihan kenangan yang mungkin masih tersisa. Aku berusaha mencari sisa nama Joe di tempat terakhir kali ia ada. Dan senja yang sobek adalah momen paling menyedihkan sepanjang hidup, karena di saat yang bersamaan, dua hal penting yang kupunya sama-sama hilang. Aku kehilangan senja, sesuatu yang selalu membuatku terpesona. Juga kehilangan Joe, seseorang yang membawa hatiku dalam genggaman tangannya.
Senja yang hilang mungkin bisa datang kembali. Tetapi Joe? Ia selamanya tak akan bisa kulihat lagi. Sekarang bagaimana senja yang berbeda bisa tetap kutatap sama, jika datangnya mengingatkanku pada kenangan bersama Joe, yang selamanya tak pernah bisa terulang kembali?

Perbaikan senja itu sudah berjalan tujuh puluh lima persen. Awan-awan sudah mulai menghiasai langit kota. Sore ini, mungkin senja yang ditunggu sudah mulai bisa dinikmati, meski belum sepenuhnya selesai. Hanya saja, apa lagi yang bisa kulakukan selain meratapi kepergian Joe? Senja yang sobek adalah peristiwa yang menguburnya hidup-hidup.
Aku ke sini tentu bukan untuk menyaksikan senja pertama seperti orang kebanyakan. Aku menggenggam karangan bunga untuk kuberikan pada salah satu petugas yang memperbaiki senja. Kuberikan agar bunga itu dibawanya ke atas dan diletakkan pada permukaan awan yang mengambang.

Ini adalah bunga ke dua puluh tiga yang kutitipkan. Bukan hanya Joe saja korban kecelakaan pesawat yang menyebabkan senja itu robek. Banyak juga yang datang ke sini membawa duka untuk meratapi siapapun yang telah pergi saat kecelakaan itu terjadi. Bagi kami yang ditinggal pergi, awan-awan itu adalah kuburan bagi banyak korban tragedi. Itu sebabnya bunga-bunga diantarkan kesini untuk mengenang mereka.
Bukan hanya aku yang sedih Joe, bukan hanya aku yang kehilangan. Tetapi entah kenapa awan-awan itu seperti menatapku pilu, dan seakan menyiratkan pesan-pesan yang ingin kau sampaikan padaku…

Dani Hestina P

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bibir Pantai